
Seiring dengan terjadinya outbreak difteri di sejumlah daerah,tercatat sampai Bulan November 2017 terdapat pada 11 provinsi. Termasuk di Privinsi Jawa Barat. Di Kota Bekasi, dapat dilaporkan per tanggal 14 Desember 2017 terdapat 17 kasus yang dilaporkan dan 4 dinyatakan positif . Selebihnya masih tahap kepastian Laboratorium, maka penatalaksanaan terhadap Pemerintah Daerah adalah melakukan Outbreak Response Immunization.(ORI) semua masyarakat yg rentan dilakukan imunisasi secara lengkap dan diulang.
Sejak tahun 1990 an difteri sidah dapat ditekan melalui program promosi kesehatan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan pencegahan melalui vaksinasi bayi, booster (pengulangan) pada usia 18 bulan dan anak Sekolan Dasar. Hal ini sesuai penjelasan Direktur survellans dan Karantina kesehatan Kemenkes Elizabeth Jane soepardi. Dan terasa tiba tiba saja kita dikejutkan merebaknya kembali serangan penyakit difteri .Penyakit yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphtheriae tersebut pada tahun ini sudah masuk skala sebagai Kejadian Luar Biasa/ KLB karena jumlah penderita meningkat.
Hal ini dapat dikaitkan karena adanya immunity gap yaitu kesenjangan kekebalan dalam penduduk dikarenakan adanya akumulasi kelompok yang rentan terhadap Difteri yaitu klompok yang tidak sama sekali mendapat imunisasi atau tidak lengkap. Akibat akhir akhir ini muncul penolakan terhadap imunisasi. Sehingga tak meratanya cakupan imunisasi mengakibatkan kekebalan komunitas tak sempurna. Idealnya adalah cakupan immunisasi di wilayah harus mencapai di atas 95 persen.
Dari hasil pemantauan kasus yang terjadi di Indonesia sebanyak 593 dengan angka kematian 32 kasus maka diperolah data bhwa 66 persen tidak pernah mendapat imunisasi, 31 persen mendapat imunisasi akan tetapi tidak lengkap dan 3 persen sudah diimunisasi lengkap.
Penolakan terhadap immunisasi ada terjadi belakangan ini dan masyarakat lebih memilih cara dengan mindset penerapan pola hidup bersih dan sehat saja, tentunya kita belum dapat menerapkan secara maksimal dan masif pada semua klompok masyarakat, terlebih khususnya jenis jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi hanya akan dapat mendapatkan kekebalan optimal melalui immunisasi/vaksinasi ini serta masih kurang nya informasi yang tersedia secara lengkap untuk mereduce terkait berita hoax yamg beredar, serta media yang digunakan hanya menggunakan media mainstream saja tapi masih kurang meluas khususnya di media sosial , sehingga akses informasi kesehatan dirasa masih kurang.
Untuk itu meski imunisasi terkait hak dapat menerima atau menolak sepatutnya tidak diartikan untuk menolak imunisasi sabagai sebuah program bersama.Peristiwa KLB ini menjadi pembelajaran cepat bagi kita tentang program kesehatan khususnya terkait dgn penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi khususnya Difteri dengan melaksanakan kampanye kesehatan secara terus menerus kepada warga dan warga bisa mudah memperoleh informasi dua arah. Isue- isue negatif yang merebak kiranya dapat direspon melalui komunikasi dan informasi yang optimal dan berkelanjutan. SUKSESKAN KOTA BEKASI BEBAS DIFTERI dengan melakukan #VAKSINASI dan PHBS
(penulis : matahati)